25 April, 2019

Menulis dan Paradigma Lulusan.


oleh Siti halimah

Pesaing dunia kepenulisan telah merambak ke dunia pendidikan. Tantangan inilah yang harus dipahami mahasiswa, khususnya pendidik. Jika serius ingin mengubah paradigma lulusan.
Calon pendidik sekaligus penulis Ahmad Ginanjar, saat ditanya di sela-sela kunjungan di perpustakaan FKIP, Selasa (24/7) mengatakan, calon pedidik  Bahasa dan Sastra Indonesia tidak hanya dicetak menjadi seorang pendidik saja.
“Menulis dan mahasiswa tidak bisa dipisahkan satu sama lain” Ungkap Ahmad Ginanjar.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu tugas mahasiswa mendapat gelar yaitu menulis skripsi. Hal tersebut merupakan wujud nyata Tri Darma perguruan tinggi.
            “Sebelum mahasiswa FKIP khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi pendidik, nyatanya harus menulis skripsi” lanjut Ahmad Ginanjar.
Belakangan ini pendidik yang menjadi penulis sudah tidak asing lagi. Di koran kolom bahasa dan sastra misalnya, seringkali di isi oleh kalangan pendidik.
“Dengan hadirnya mahasiswa FKIP yang menulis di media, secara tidak langsung kita mengubah paradigma lulusan” Ungkap Ahmad Ginanjar. 
Namun lain halnya dengan salah satu misi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNSUR yaitu menghasilkan lulusan yang profesional dan visioner yang relevan kebutuhan masyarakat.
“Yang pasti pendidik menjadi penulis itu adalah bonus. Apapun visi dan misi prodi itu sendiri” ungkap wulandari salah satu mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra.
Wulan juga mengungkapkan bahwa, di samping menjadi pendidik, tidak ada salahnya untuk berkarya. Banyak penulis yang dicetak bukan dari jurusan sastra murni.
            “FKIP Bahasa dan Sastra kan mencetak guru bukan penulis” ungkap salah satu dosen Pendidikan bahasa Bahasa dan Sastra di sela-sela perkuliahan.
Beliau juga mengatakan apapun latar belakangnya, mahasiswa fkip pada dasarnya dicetak untuk menjadi seorang pendidik. Bukan yang lain-lain.
“Terkait dosen atau siapapun yang mengatakan bahwa mahasiswa bahasa dan Sastra Indonesia tidak dicetak untuk menjadi penulis itu adalah keliru” ungkap Euis Sinta di tempat yang sama.     
Euis juga mengatakan, keahlian yang dimiliki seorang pendidik adalah anugrah. Meskipun akhirnya ia memilih bidang keahliannya, itu adalah pilihan yang tidak salah.  


PBSI 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEKALI BERJUMPA