22 Mei, 2019

Penilaian Akhir Semester (PAT) Based Android


 
Ruang 07 (XI OTKP)
Penilaian Akhir Semester (PAT) menjadi rutinitas sekolah setiap enam bulan sekali dan menjadi salah satu progranm sekolah, sehingga siswa sudah terbiasa dengan kegiatan tersebut. Namun berbeda dengan kegiatan PAT pada semeseter dua tahun ajaran 2018/2019 Smk Negeri 1 Cugenang membuat trobosan terbaru untuk menunfkatan literasi digital yang setiap tahun berkembang. Apliksi yang digunakan dalam membuat soal adalah gogle drive yang dikreasikan menjadi lebaran soal.

Bahwa Pemerintah harus lebih banyak mengakselarasi startup di sektor pendidikan. Digitalisasi sektor pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan kepala sekolah dan siswa dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. (di kutif dari https://aptika.kominfo.go.id/2019/04/digitalisasi-sektor-pendidikan-untuk-hadapi-revolusi-industri-4-0/ ).

“Adanya standard dan framework kurikulum informatika yang sudah dirilis dan diimplementasikan oleh negara maju, antara lain yang dirilis oleh Association for Computing Machine (ACM), Computer Science Teacher Association (CSTA), dan Lembaga nirlaba (code.org). Di dunia digital yang dipenuhi dengan komputasi dan komputer, lulusan sekolah harus mempunyai pemahaman tentang informatika,” jelas Sutjipto.  (dikutipdi kutif dari https://aptika.kominfo.go.id/2019/04/digitalisasi-sektor-pendidikan-untuk-hadapi-revolusi-industri-4-0/ )

Meskipun dalam kenyataannya tidak semua sektor pendidikan belum siap mengahadapi hal tersebut, perlu diadakan kajian ulang mengenai hal tersebut, mengingat tidak semua sektor mendapatkan jangkauan akses internet dengan baik, salah satunya daerah terpencil.

Namun berdasarka hal tersebut  SMKN 1 Cuegnang berpartisipasi hadir memperkenalkan digital pada siswa dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.  Dalam tahap percobaan kelas xi menjadi uji coba kefektian Pada PAT semester dua tahun pelajaran 2018/2019, dan ikut terjun menjadi salah satu pengguna digital didunia digital khsusnya pendidikan. Kurang lebih 100 siswa kelas XI yang mengikuti ujian menggunakan android meskipun banyak kendala yang di alami siswa salah satu jaringan internet yang belum medukung sepenuhnya, kendala eror, tidak semua memiliki andoid sehingga untuk pengerjaaan soal sering kali menunggu giliran atau menggunakan android pengawas.
Siswa  XI OTKP

Pelaksanaannya kegiatan PAT, ada 4 ruang diantaranta; ruang 05 (ATPH), ruang 06 (TBSM), ruang 7 (OTKP) dan ruang 8 (APHP). Dalam pembagian ruangan pun ada beberapa hal yang mesti diperbaik diantaranya, dengan siswa berdekatan dan mendapakan soal yang sama dalam satu ruangan cendrung lebih besar siswa melakukan kecurangan.
Setelah saya mewawancari beberapa ada yang cenderung setuju ada yang tidak setuju. Banyak kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaannya: siswa yang setuju mereka adalah siswa lebih mudah berkomunikasi dengan siswa lainnya. Sedangkan siswa yang tidak setuju adalah siswa yang merasa banyak hal negative dalam penggunaan media ini, dikarenakan bisa googling, bertanya pada teman melalu pesan singkat whatsapp dan banyak diantara mereka tidak focus saat mengerjakan karena layar yang kecil sedangkan soal panjang, seperti soal bahasa Indonesia.
seorang pengawas tidak bisa memantau secara keseluruhan apa yang sedang mereka lakukan dengan ponselnya. Apakah sedang mengerjaan soal atau bahkan sedang bermain sosmed atau bahkan bermain game. Hingga pada akhirnya perlu ada kajian ulang tentang pengerjaan based android. Jikapun akan terus menerapkan based andoid, seharusya penggunaan aplikasi yang lebih canggih perlu dilakukan sehingga hal-hal yang tidak dinginkan tidak dilakuan oleh siswa.  


Karena sejatinya mengerjakan soal ujian atau ulangan dengan jujur adalah salah satu pendidikan karakter yang harus diterapkan kepada siswa. Jika hal seperti ini (mencontek dengan berbagai cara) terus terulang, maka kegiatan ini akan mendarah daging, dan mereka tidak siap untuk mengadapai ujian apapun.



04 Mei, 2019

Pelatihan Virtual Coordinator Training (VCT) SMK Negeri 1 Cugenang


Oleh Siti Halimah 



Pelatihan VCT SMK Negeri 1 Cugenang


Literasi digital adalah pemanfaatan teknologi untuk menemukan, menggunakan dan menyebarluaskan informasi dalam dunia digital. -Deakin University’s Graduate Learning Outcome 3 (DU GLO3),

Untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dibidang teknologi, perlu dikembangkan keterampilan guru dalam mengajar yg menarik, kreatif dan efektif guna meningkatkan keterampilan sebelum menghadapi siswa.

Pada kesempatan tersebut SMKN negeri 1 Cugenang mengadakan pelatihan selama tiga hari (Kamis-Sabtu, 4-6 April 2019) dengan agenda tanggal Kamis dan  Jumat (4 dan 5 April 2019)  pertemuan tatap muka, kemudian pada hari Sabtu  06 April 2019 diadakan penutupan secara virtual menggunakan webex sebagai media untuk berkomunikasi.

Banyak yang kami dapatkan selama pelatihan berlangsung. Berikut adalah beberapa materi yang dismapiakan. (1) pelatihan perngenal webex sebagia media berkomunikasi secara virtual,diantaanya belajara membuat jadwal pertemuan, kemudian menjadi presenter (pemateri), menjadi moderator dan menjadi host. (2) Pembuatan google formulir yang digunakan sebagia presensi (daftar hadir) online dalam kegiatan pertemuan secara virtual (3) simulasi menggunakan webex (4) pembuatan akun youtube sebagia salah satu media komunikas (5) Pembuatan google drive sebagai media penyimpan secara digital.


Dari kegiatan tersebut diharapkan guru semakin melek digital (metal), keterampilan semakin meningkat dan tidak akan tergerus oleh zaman.


Sastra dan Laut: Begitu Dekat.

Ujung Genteng

Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.-Plato



Berangkat dari pernyataan plato setiap orang mempunyai pendangan yang berbeda dengan sastra. Bagi Saya sastra itu dekat, namun jarak  ke laut cukup jauh dari tempat Saya tinggal.  Sejauh apapun, tapi kejujuran didapatkan ketika sastra ditemukan di laut.  Karena se-imajinasi apapun sastra berangkat dari kenyataan.  Pertama, Silahkan bayangkan ketika di laut Anda sedang rindu. berikut adalah kutipan yang didapatkan. 



/I
Sedari kemarin, dua tahun lalu ketika rindu enggan mengigau
Tak terbendu—akhirnya temu menjadi nyata malam ini
Malam dengan ombak;
Dengan kesaksian mendalam tentang cita yang dulu tiada.
Rindu gemuruhmu selalu terhalang jarak
Butuh waktu untuk sabar menjumpa
Kini sebagian kata yang kudapat dari gemuruhmu
Akan menjadi awal untuk menggerakkan penaku lebih lama dan lebih sering
Entah karena lama kita tidak bersua hingga malas kian mendua
Dan malam yang gemuruh dengan ombak ini—akan kusimpan.
Lantas malam kapan lagi kita berjumpa setelah ini?
Setelah pagi nanti adalah terakhir untuk kita saling menyapa.

....


dan setelah itu rindu akan mejadi rangkaian kata yang berbeda,itu yang aku temukan. Kedua rasakah luka. atau renungkan, kehidupan ini adalah kutipan yang didapatkan.


Di tepi, kau mengingatkanku tentang kehidupan setelah mati—kadang aku lupa untuk mengerti
Dan kiniaku yang ingin mengingatkanmu tentang lupaku.
"Aku ingin kau terus mengingatkanku untuk tidak lupa: tentang mati dan kehidupan setelah mati".
Lalu, kutuliskan sajak ini sebagai kado akhir tahun di hari lahirmu. 


dan silahkan tuliskan apa yang anda lihat dan  rasakan. jangan dipikirakan. tulislah,.


Sebenanya tidak hanya dilaut. lihat dan rasakan apapun yang ada didekat. Anda lalu tuliskan,maka Anda akan menemukan sastra;begitu dekat! 



Selamat menulis ...!!!

















03 Mei, 2019

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER


Oleh Siti Halimah  
Novel Gadis Pantai 

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter  yang terdapat dalam novel Gadis Pantai karya Promoedya Ananta Toer, yaitu religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab.
Berikut adalah deskripsi tentang nilai pendidikan karakter yang telah disebutkan di atas. 
Religius
Dalam Novel Gadis Pantai banyak ditemukan nilai-nilai religius yang dibentuk dalam sebuah alur cerita yang menarik sehingga membuat pembaca juga ikut merasakan keadaan yang dialami oleh tokoh Gadis Pantai tersebut. Contoh: pada kalimat “Ya, Allah lindungilah seluruh kampung kami.” Dalam kalimat ini terlihat sisi religinya Gadis Pantai yang memohon lindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kampungnya selalu dilindungi dan selamat dari berbagai keadaan yang menimpa kampungnya tersebut.    
Jujur
Nilai-nilai kejujuran yang diterapkan dalam sebuah alur novel juga sangat kental dalam novel Gadis Pantai ini banyak diterapkan nilai-nilai karakter jujur yang dialami Gadis Pantai terutama nilai-nilai kepolosan dan kekanak-kanakannya seorang Gadis Pantai ini. Dalam nilai kejujuran Gadis Pantai adalah orang yang sangat baik serta sangat menyayangi kedua orangtuanya terutama jasa-jasa ayahnya yang telah membesarkan dirinya dengan penuh perjuangan dan tantangan kehidupan yang dialaminya selama menjadi seorang nelayan yang nyawa selalu jadi taruhan dalam mencari tangkapannya. Contoh: pada kalimat “Ah, bapak dekatlah sini.” “Biarlah, aku disini saja.”Gadis Pantai melangkah ke pintu menghampiri bapak. Dan bapak meninggalkan bandul pintu menyingkir keluar.“Aku ingin seperti dulu lagi, bapak, seperti dulu. Orang tak perhatikan aku.” “Tak ada yang perhatikan.” Pada kalimat ini Gadis Pantai sangat menggambarkan nilai jujur dan polos serta sayang terhadap bapaknya yang tidak ingin jauh dengannya.
Toleransi
           Toleransi  yang ada dalam kehidupan juga ada dalam novel Gadis Pantai ini yang mana toleransi yang ditampilkan adalah ketika bendoro terbaring disamping Gadis Pantadan memeluknya, ia merasakan apa yang dirasakan sehingga air mata yang hangat membahasahi wajahnya.
Kerja Keras
Gadis Pantai menggambarkan nilai-nilai kerja kerasnya seorang perempuan dalam menjalani kehidupan terutama dalam ruang lingkup keadaan yang berbeda sebelumnya dengan keadaan dia di masa kecilnya. Contoh: pada kalimat “Pengabdian ini tak boleh cacat, tak boleh merosot dalam penglihatan dan perasaan Bendoro. Bicara tentang saudara-saudara dan orangtua ia tak mau, biar tidak merusak kewajiban pengabdian yang kokoh.” Dalam kalimat ini terlihat bahwa seorang perempuan yang begitu kerja keras dengan ingin selalu mengabdi sepenuh hati terhadap suami yang ia nikahi.
Kreatif
Dalam novel tersebut dijelaskan bahwa Waktu sedang tegang-tegangnya suasana, nampak sekali bapak sedang keras berpikir. Kemudian ia membisikkan sesuatu pada seseorang. Lama betul bapak berbisik. Sesudah itu orang itu pun lari keluar rumah, tak kembali lagi. Ah, sebodoh-bodohnya orang kampung, dalam kepepet akal mereka selalu jalan
Mandiri
Dalam novel kini ia harus lebih banyak berpikir sendiri, mengambil keputusan sendiri, bertindak sendiri. Dari penggalan di atas jelas bahwa Gadis pantai adalah sosok yang mandiri tidak bergantung kepada orang lain.
Dalam Novel Gadis Pantai ini karakter dari tokoh utama juga menggambarkan nilai-nilai mandiri dalam menjalani kehidupannya dan ini terlihat pada kalimat “Jantung Gadis Pantai menggigil kencang. Kini aku harus berhadapan sendiri dengan dia. Dia! Dia yang terbitkan rangkaian bencana atas kampung kami.” Dalam kalimat ini Gadis Pantai ingin melakukan hal yang dapat melindungi kampungnya secara mandiri tanpa harus meminta dan berharap pada pertolongan orang lain, ia merasa dia mampu menjaga dan melindungi kampungnya secara mandiri.
Demokratis
Dalam beberapa minggu ini setapak demi setapak ia dipimpin untuk mengerti, bahwa satu-satunya yang ia boleh dan harus kerjakan ialah mengabdi pada Bendoro, dan Bendoro itu tak lain dari suaminya sendiri.
Rasa Ingin Tahu
Gadis Pantai adalah seseorang yang memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi terbukti dengan cerita-cerita yang dialami dalam perjalanan hidupnya yang mengharuskan dia untuk banyak bertanya kepada para pembantunya mengenai seluk beluk keadaan lingkungan suaminya serta rumah dengan berbagai fasilitasnya yang ia tempati.
Semangat Kebangsaan
             Dalam semangat kebangsaan ini tentu jelas ide cerita yang dijlaskan bahwa beberapa tokoh memiliki semangat untuk mmepertahankan kampungnya, yang mana kampung juga salah satu wilayah bangsa.
Cinta Tanah Air
novel gadis pantai menggambarkan cinta terhadap tanah air.  Sebagai contoh yan dikatakan Gadis PantaiAku akan tahu, tanah ini tempat aku injak setelah ditolong perahu nelayan kampung sini, dibawa ke sini, dipelihara di sini, dan diantarkan ke kota
Bersahabat/komunikatif
Nilai karakter Gadis Pantai juga sangat menarik dalam hal mencintai tanah airnya. Dalam hal ini Gadis Pantai sangat peduli terhadap tanah kelahirannya dan ia begitu mencintai tanah kelahirannya terutama area yang membesarkannya area pantai. Contoh: pada kalimat “Barangsiapa pernah minum air setengah asin kampung ini, dia takkan bakal lupa. Dan barangsiapa dilahirkan di kampung sini, dia tetap anak kampung sini.” Dalam kalimat sangatlah terlihat jelas bahwa Gadis Pantai sangat mencintai kampungnya terutama kampung dalam area pantai.
Cinta Damai
Diceritakan dalam novel bahwa di sebuah ia mengenangkan kembali segala kejadian sesiang tadi, kampung nelayan tiba-tiba jadi hidup lagi, dan secara tidak langsung tidak ingin kejadian itu terulang lagi.
Gemar Membaca
Diceritakan dalam novel bahwa di sebuah ruangan terdapat buku-buku berdiri dengan ketebalannya masaing-masing, dan ia membukanya meski sekedar melihat gambarnya.
Peduli Lingkungan
Dalam satu kutipan di atas jelas dikemukakan bahwa ia membela seekor binatang, den dengan iba untuk tidak memperkerjakan binatang. Itu adalah salah satu bukti bahwa ia peduli terhadap binatang.
Peduli Sosial
Gadis Pantai juga sangat peduli terhadap lingkungannya serta lingkungan sosial yang ia tempati. Ia begitu sayang terhadap binatang-binatang kecil yang ia lihat dan kasihani. Contoh: pada kalimat “Binatang pun tahu berdagang. Rupa-rupanya dagang bukan pekerjaan luar biasa. Lihat! Dan ditunjuknya binatang-binatang itu.” Dalam kalimat ini terlihat bahwa Gadis Pantai sangat peduli terhadap binatang. Selain itu, ia juga peduli terhadap lingkungannya dan ini terlihat pada kalimat “Buat apa tasbih? Bendoro menyampaikan salam. Kalau kampung belum punya surau, Bendoro bersedia membiayai pendiriannya.” Dalam kalimat ini terlihat bahwa suami Gadis Pantai serta dirinya sangat peduli terhadap lingkungan sosialnya terutama peduli dalam hal nilai-nilai kebaikannya untuk dunia maupun akhirat kelak.
Tanggung Jawab

Kehidupan seorang Gadis Pantai penuh dengan tanggungjawab walaupun memang pilihan awalnya menjalani kehidupan pernikahannya bukan murni keinginan dirinya melainkan keinginan orangtuanya walaupun demikian Gadis Pantai tetap tabah menjalaninya dengan rasa penuh tanggungjawab karena dia ingin membahagiakan kedua orangtuanya. Contoh: pada kalimat “Gadis Pantai mulai terbiasa pada kehidupan yang diperlengkapi alat-alat begitu banyak dan menggampangkan kerja.” Pada kalimat ini kehidupan Gadis Pantai telah berubah dengan disuguhkan peralatan-peralatan yang ada di rumahnya walaupun begitu ia tidak ingin diperalatan oleh alat-alat seperti itu ia ingin melakukan tugas sebagai istri seperti mana mestinya dengan tangannya sendiri.

Nilai-nilai dan pendidikan karakter novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer sebagai bahan pembelajaran sastra.  
Analisis kelayakan Novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer sebagai bahan ajar merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Rahmanto, bahwa bahan ajar harus memperhatikan beberapa ketentuan, diantaranya ketentuan teoretis yang meliputi relevansi dengan kurikulum, keberadaan bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya. Berikut ini merupakan hasil analisis menurut ketentuan-ketentuan tersebut.   




01 Mei, 2019

ESAI: Sajak “Hatiku Selembar Daun” Karya Sapardi Djoko Damono




Hatiku Selembar Daun 



















KRITIK ESAI PUISI
Sajak “Hatiku Selembar Daun” Karya Sapardi Djoko Damono








Daun, Kehidupan dan Tanda;
Hatiku Selembar Daun karya Sapardi Djoko Damono

oleh
Siti Halimah
hali.halimah45@gmail.com

...
Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput
...


Betapakah dari kutipan sajak “Hatiku Selembar Daun” di atas menjadi tolak ukur pengarang dari isi sajak tersebut. Betapakah pengarang ingin sejenak menikmati yang senantiasa luput dari penglihatannya: kehidupan.

Hatiku Selembar daun
Sapardi Djoko Damono

Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di atas rumput

Nanti dulu
Biarkan aku sejenak
Terbaring disini 

Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput

Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu
Tamanmu setiap pagi  

Sapardi yang akrab dipanggil, menjalani masa kecilnya bersamaan dengan tengah berkecamuknya perang kemerdekaan pada saat itu. Sebagai sosok yang tumbuh dalam situasi sulit seperti itu, pemandangan pesawat yang menjatuhkan bom dan membakar rumah-rumah besar merupakan hal yang biasa bagi Sapardi kecil.
Dalam bukunya, Sapardi mengisahkan bahwa awalnya kehidupan keluarga dari pihak ibunya terbilang berkecukupan, namun nasib manusia memang bak roda yang terus saja berputar, kadang di atas kadang di bawah, demikian halnya dengan keluarga Sapardi, saat Sapardi kecil hadir keadaan pun berubah, mereka harus menjalani hidup yang sulit. Masih segar dalam ingatan Sapardi, saking susahnya ia hanya makan bubur setiap pagi dan sore. Untuk menafkahi keluarganya, ibunda Sapardi, Sapariah, berjualan buku. Sementara ayahnya, Sadyoko, memilih hidup mengembara dari satu desa ke desa lain untuk menghindari kejaran tentara Belanda yang kala itu kerap menangkapi kaum laki-laki. Sang ayah memang bukan seorang pejuang, tapi tentara Belanda kala itu berpikir tentara itu kebanyakan laki-laki.
“Mungkin karena suasana yang ‘aneh’ itu menyebabkan saya memiliki waktu luang yang banyak dan ‘kesendirian’ yang tidak bisa saya dapatkan di tengah kota,” kata Sapardi.

Walaupun memutuskan untuk lebih banyak tinggal di rumah dan menikmati ‘kesendirian’, hobi keluyurannya tak lantas berhenti begitu saja. Namun, ‘keluyuran’-nya bukan dalam arti fisik di dunia nyata melainkan dunia batinnya sendiri: berimajinasi dan menrangkai kata.
Sambil menikmati masa ‘kesendirian’-nya itu, Sapardi mulai menulis puisi. “Saya belajar menulis pada bulan November 1957,” katanya. Sebulan setelah belajar menulis, karyanya berupa sajak dimuat di majalah kebudayaan yang terbit di Semarang. Tahun berikutnya, sajak-sajaknya mulai bermunculan di berbagai halaman penerbitan yang antara lain diasuh oleh HB. Jassin. Itulah kehidupan Sapardi Djoko Damono yang lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo.


             ...
Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di atas rumput
 ....

Dalam dua larik ini adalah Pengibaratan antara aku lirik dengan selembar daun dan kemudian melayang-layang dan jatuh diatas rumput. Hal ini menunjukan betapakah hatinya seperti daun yang melayang di atas rumput yang mengibaratkan pearasaannya yang tidak karuan.  Atau ada juga yang mengibaratkan Sapardi yang mengibaratkan ada daun yang jatuh dan sembari merenung bahwa kematian itu dekat sekali, lebih dekat seperti daun yang jatuh ke tanah dengan tenang.

...
Nanti dulu
Biarkan aku sejenak
Terbaring disini 
...

Ungkapan untuk menikmati pembaringanya, hingga pada akhirnya ia ingin menikmati dulu kehidupan sebelum kematian itu datang, dan biarkan sejenak ia muhasabah diri dengan kehidupannya.
             ...
Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput  
...

Mengapa aku lirik ini ingin menikmati dulu pembaringannya? Karena ini, karena ia menemukan suatu hal yang istimewa yang selama ini luput dari pengamantan/persaannya. Yang patut ditanyakan, apa sih yang luput dari ingatannya itu? Dan yang saya tafsirkan adalah kehidupan dan kematian.
...
Sesaat adalah abadi
...
Karena bagi ‘aku lirik’ kehidupan itu adalah sesaat adalah abadi, meskipun sesaat ini akan menjadi suatu hal yang abadi yang tak akan pernah terlupakan di kerenakan sebelumnya tidak pernah dirasakan

...
Sebelum kausapu
Tamanmu setiap pagi
... 

Pernyataan kepada suatu hal yang mampu menyapu taman”dunia lain” setiap pagi.  Ya, sebelum taman yang diibaratkan makam itu disapukan setiap pagi.

Atar Semi mejelaskan (Semi, 44:2013), bahwa yang menggunakan pendekatan semiotik ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari pendekatan objektif dan pendekatan struktural, yaitu pendekatan yang lebih menitik beratkan pada penelaahan sastra dengan mempelajari berbagai unsur didalamnya tanpa ada yang diangapa tidak penting.
Dalam hatiku selembar daun tentunya ada sebuah tanda yang menunjukan bahwa hal ini adalah yang menunjukan kehidupan, yang di antaranya adalah jatuh di rumput,  terbaring di sini, senantiasa luput,  sesaat adalah abadi, sapu taman setiap pagi.  Dari setiap tanda yang ada pada setiap larik tersebut tentunya telah menjadi tanda yang ingin menikmati kehidupan sebelum kehiudpan yang benar-benar fana ini berakhir, tanda tersebut menjadi benang merah antarbait untuk mengungkapakan apa yang hendak disampaikan Sapardi dalam puisinnya itu.
Maka dari setiap larik terdapat kesederhanaan penyair dalam menyampaikan risalah kehidupannya yang sejenak ini telah membius pembaca untuk masuk pada setiap larik yang disuguhkan.
Dalam esainya Soni Parid Maulana menyepakati sebuah definisi sederhana menegani puisi yaitu uangkapan perasaan, semacam nyanyian jiwa yang menyeruak dari kedalam kalbu sang penyair, apapun nyanyian itu dan tentunya pula hal ini beruursan dengan gaya bahasa. Maka berkaitan dengan ungkapan tersebut maka jelas pulalah betapa Metafor-metafor yang ditampilkan disetiap sajak “Hatiku Selembar Daun” karya Sapardi begitu lugu untuk dibaca. Hingga sapardi berhasil membaca pembaca dalam penafsiran yang berbeda. Begitu banyak penafisran yang saya dapatkan ketika pengkajian puisi ini. Ada yang berpendapat pula selain kehidupan, sapardi juga menggambarkan cinta sapardi yang tak pernah terungkap. Namun inilah kelihaian sapardi dalam mengobarak- abrik kata-kata sederhana ini menjadi metafor yang luar biasa dan menimbulkan pemaknaan yang berbeda pula. Namun hingga pada akhirnya dalam sajak sapardi ini tentu sangat jelas dengan simbol sesaat adalah abadi yang menunjukkan kapabilitas seorang manausia yang hidup didunia ini hanyalah sesaat. Namun jelaslah daripada hal ini bahwa yang terkandung dalam puisi sapardi adalah kehidupan.




















SUMBER BACAAN

Nurlailah, Laelasari. Ensiklopedia Tokoh Sastra Indonesia. Bandung: Nuansa  
       Aulia, 2007.

Semi, Atar. Kritik Sastra. Bandung: CV Angkasa, 2013.  

Maulana, Soni Farid. Apresiasi dan Proses Kreatif Menulis Puisi. Bandung: Nuansa, 2012.  

Suroso, dkk. Kriktik Sastra (teori, metodologi dan aplikasi). Yogyakarta: Elmatera Publishing, 2008. 


SEKALI BERJUMPA